Malam ini begitu syahdu, berselimut embun dingin yang merindu pagi. Secangkir kopi temani diriku nikmati malam terakhir di negeri Rinegetan.
Angin malam membawa cerita kisah jumpa di negeri kenangan. Kenangan tentang manusia-manusia tulus merajut benang persaudaraan. Kenangan tentang insan yang memangku senyum bersahabat. Kenangan tentang jejak karya yang terukir indah di sanubari. Kenangan tentang negeri berlimpah berkat kasih Ilahi.
Malam terakhir di Rinegetan, ku ucap syukur dan membisikan sepenggal kata terima kasih kepada sang malam...
T@juK
- Demokrasi (13)
- Opini (12)
- Refleksi Kehidupan (12)
- sastraMinahasa (12)
- Pemilukada (11)
- OpiNi MinaHasa (10)
- syair (9)
- Menulis Kreatif (8)
- Minahasa (8)
- Refleksi Teologis (6)
- Politik (5)
- ekologi (5)
- self development (3)
- Leadership (2)
- Link (1)
Jumat, 10 Juli 2020
Senin, 08 Juni 2020
Corona oh Corona (1)
"fight together against Covid-19" || by. Meidy Y. Tinangon |
Wabah yang meluas atau pandemi salah satu strain virus Corona telah menghantui seantero dunia, tak terkecuali Indonesia. Hingga saat ini jumlah warga yang positif Covid-19, penyakit akibat infeksi virus tersebut terus bertambah. Corona oh corona. Keluh kesah, asa dan doa, ku tuangkan dalam bait bait syair berikut ini.
1). (Hai Covid) Kami Baik-baik Saja!
Hai Covid...
Kami baik-baik saja |
Sekalipun pandemi yang kau bawa tak kunjung pergi |
makin digenggam hirup dan sebar oleh insan tanpa sadar ataupun bebal |
Kami baik-baik saja |
Sekalipun nyawa melayang pergi tanpa ritual kultural religi |
Pun, tanpa bunga terakhir tanda kasih orang-orang tercinta |
Kami tahu hidup mati di tangan Sang Kuasa, pun juga sorga neraka |
Bukan olehmu hai mahluk mikro setengah hidup |
Kami baik - baik saja |
Jangan kau paksa kami takut dan panik hingga saling bunuh |
Dan kau tertawa disamping mayat kami |
2). Bait-bait Covid Satu Sembilan
Cina, negeri dimana kau dilahirkan itu dikenal karena obat, motor, gadget dan temboknya, makin terkenal, sedot perhatian dunia karena lahirmu di Wuhan adalah awal sebuah kata viral mematikan: Pandemi !!!
Orang-orang tak pandang bulu kau siksa dengan demam, sesak napas hingga hembuskan napas terakhir dan kembali ditelan bumi tanpa ritual dan ucap kata perpisahan orang tercinta
Vatikan, Roma, Barcelona, London, Washington, Yerusalem, Mekkah, Jakarta dan lorongpun sunyi tak berkutik, hanya ada senandung harap dan doa, dan mungkin mimpi manusia terkarantina, bahwa pandemi hanya mimpi
Isolasi yang dahulu hanya ku kenal dalam praktek mikrobiologi ataupun virologi ilmu tentang duniamu itu, kini menjadi jalan yang harus kami lalui di ruang sunyi tanpa kekasih sambil menunggu nasib entah positif atau negatif, sembuh merdeka atau.... ma ...ti !!!
Dirumah aja kami mengurung diri sambil berharap kau tak bertamu di rumah kami yang kini berubah jadi benteng terakhir lawan pandemi, tapi juga rumah doa dan rumah cinta kasih mesra, yang dahulu sebelum hadirmu hanya menjadi ruang sunyi yang membosankan...
1 harap dan keyakinan badai pandemi yang kau bawa pasti berakhir, harap dan doa kepada Sang Maha Kuasa pun Pengampun, jika pandemi adalah hukuman, ampuni kami atas dosa dan bebal kami para pendosa di planet bumi...
9 April dua ribu dua puluh kau infeksi satu juta lima ratus ribu manusia di planet bumi, cukup sudah duhai Corona, kembalilah kau ke planetmu, jangan kau buat planet kami tercinta kosong tanpa manusia, kami berjanji kan kembali belajar mencinta dan berlaku ramah dengan bumi, ibu kami milik Sang Pencipta, yang harinya, hari bumi kami rayakan 22 April tahun ini sunyi karena pandemi....
3) Hari Minggu Tak Biasa yang Luar Biasa
Selamat Hari Minggu!
Happy Sunday!
Itu salam yang biasanya menggema indah ditelinga kami,
ataupun juga, biasanya menari gembira sebagai pesan singkat
ataupun status medsos di hape kami,
setiap saat ketika Hari Minggu tiba
Tapi hari minggu ini,
tak biasa sebagaimana biasanya
Tak ada langkah kaki membonceng sepatu, melangkah pasti menuju gedung Gereja,
mengejar waktu sebelum om kostor bunyikan lonceng
hingga berdentang tiga kali: "teng!, teng! teng!"
Tak ada salam sapa: "selamat hari Minggu," sambil ulurkan tangan tuk jabat tangan,
dari Bapak-Ibu berkalung stola putih yang kami sebut Penatua atau Syamas,
yang setia bertumpu pada dua kaki yang mulai rapuh dimakan usia,
hanya untuk menjemput kami di depan pintu Gereja
Tak pernah kulihat lagi Bapak dan Ibu berjubah hitam, putih atau ungu,
naik ke mimbar di depan sana sambil berdoa dan berkhotbah,
ntuk wartakan Kabar Baik bagi kami yang seringkali tak baik-baik saja
Tak pernah lagi kidung pujian kami kidungkan bersama-sama,
sambil berdiri tanpa jarak di bagian depan gedung Gereja
Tak ada lagi langkah pasti umat sambil menggenggam rupiah,
yang kami jadikan korban syukur atas berkat Tuhan
Tak ada lagi, banyak hal lain yang biasanya kami nikmati
disetiap hari Minggu, hari mulia, hari Tuhanku, di gedung Gereja,
sebelum pandemi memaksa kami mengurung diri
Tapi, ada banyak hal yang luar biasa yang terjadi di rumah kami,
ketika rumah gantikan fungsi gedung Gereja
Tak ada hari Minggu seperti biasa di Rumah Gereja
tapi ada hari Minggu luar biasa di Rumah kami, Gereja kami,
karena aku, kau dan dia, juga kita dan mereka adalah Gereja !
Hari Minggu ini tak biasa tapi luar biasa !
karena Tuhan luar biasa! Terpujilah Dia selama-lamanya!
Tetaplah bersukacita dalam pandemi dan ucapkan salam sukacita damai sejahtera,
seperti biasa:
"Selamat Hari Minggu, Syaloom, damai di hati, damai di bumi!"
Selasa, 12 Mei 2020
[Download Buku] Graafland (1867) |"Inilah Kitab Batja akan Tanah Minahasa"|
Screenshoot buku "Inilah Kitab Batja Akan Tanah Minahasa" |
[baca juga ulasan: Petuah dari Buku Jadul tentang Minahasa]
Buku ini banyak berkisah tentang Minahasa tempo dulu, alamnya, sistem pemerintahan dan tentu saja tou Minahasa.
Untuk download buku tersebut, klik link berikut: KLIK Disini Untuk Download
Jumat, 01 Mei 2020
25 Karya Efek #StayAtHome di Bulan April
| ilustrasi || toolfarm.com | |
Menulis bukan sekedar hobi bagi saya. Menulis merupakan cara untuk berbagi ilmu, pemikiran, semangat dan inspirasi kehidupan. Bentuk tulisan yang banyak saya tulis adalah dalam bentuk puisi, selain artikel opini.
"Saya bukan penyair hebat, hanya penikmat bait kata indah penuh makna dan berharap rangkaian kata yang sederhana bisa membawa inspirasi bagi yang membaca"Jika sobat pembaca berkenan menyimak sebagai bahan bacaan #StayAtHome, klik saja judul/link di bawah ini:
1. (Hai Covid) Kami Baik-baik Saja! [15.04.2020]
2. Selalu Ada Cahaya Asa [17.04.2020]
3. Kuasa [18.04.2020]
4. Doa [18.04.2020]
5. Darah, Dosa dan Pengampunan [19.04.2020]
6. Kau [20.04.2020]
7. Kuatir [20.04.2020]
8. Bait-bait Covid Satu Sembilan [21.04.2020]
9. Kartini Tak Pernah Mati [21.04.2020]
10. Sajak untuk Mama (Apa Kabar Kau yang Disana) [21.04.2020]
11. Sembahyang Kehidupan [23.04.2020]
12. Doa Sang Bumi untuk Penghuninya [23.04.2020]
13. Madah untuk Secarik Kertas Tanpa Napas [23.04.2020]
14. Menjemput Senja Penuh Makna di Minawanua [24.04.2020]
15. Mengejar Sang Mimpi [24.04.2020]
16. Aku Diam Bukan Berarti Mati Tanpa Arti [26.04.2020]
17. Hari Minggu Tak Biasa yang Luar Biasa [26.04.2020]
18. Pesta Kami, Duka Sang Raja [26.04.2020]
19. Kepada Kawanku Kompasianer [27.04.2020]
20. Tentang Hidup [28.04.2020]
21. Untuk Sobatku di Garda Terdepan Pandemi [28.04.2020]
22. Ketika Hari Baru Kunikmati Lagi [28.04.2020]
23. Untuk Kawanku Juru Warta [28.04.2020]
24. Aku Ternyata Maling [29.04.2020]
25. Kau Hilang dalam Ada-mu [30.04.2020]
Ada 25 totalnya, hehehe lumayan. Semoga bisa menginspirasi, menghibur dan menemani masa masa di rumah aja. Karya-karya ini sebagiannya adalah karya lama yang disunting lagi, untuk menyesuaikan dengan konteks kini. Ayo tetap produktif #StayAtHome #StayProductive
Sabtu, 11 April 2020
Refleksi Paskah: "Yesus yang Menang Karena Mengalah"
Petuah tempo dulu, “mengalah untuk menang” rasanya sulit ditemukan di jaman sekarang. Jaman penuh ego dalam lautan kompetisi !
Di pentas olahraga misalnya, tim yang mengalah pastinya kalah, bukan
menang. Mana ada tim sepakbola yang akan menang dalam pertandingan jika mereka
mengalah, berdiam diri, tak menyerang dan membiarkan pihak lawan memasukan bola
ke gawang. Di pentas politik, kandidat akan berlomba-lomba untuk menang dalam
Pemilihan. Siapa yang mengalah, berdiam diri, besar kemungkinan akan kalah,
bukan menang. Di aspek hidup lainnya, hasrat untuk menang sangat dominan,
hingga ke bilik-bilik rumah.
Umat Kristiani
pada hari Minggu, 12 April 2020 akan merayakan Paskah, hari besar keagamaan
yang lazim disebut pesta kemenangan. Disebut ‘pesta kemenangan’, karena Paskah
merupakan perayaan kebangkitan Tuhan Yesus setelah sebelumnya disalibkan dan
mati. Yesus yang disalibkan dan mati itu bangkit dan menang melawan kuasa maut (kematian).
Tidak salah, jika saya menyebut kemenangan Yesus adalah karena Dia mengalah. Kalah menderita dan mati namun menang ketika bangkit.
Yesus yang Mengalah
untuk Menang
Kesaksian kitab
Injil membuktikan tidak ada perlawanan berarti dari Yesus sejak dia dihadapkan
kepada Mahkamah Agama. Tidak ada perlawanan berarti ketika dia diolok-olok dan
difitnah. Pun ketika dipaksa memikul salib hingga dipaku di kayu salib di Bukit
Golgota.
Yesus, Anak
Allah itu, yang kepadanya diberi kuasa dari Allah Bapa dengan bukti berbagai mujizat
selama 33 tahun pelayanannya, kemudian di masa-masa sengsaranya sama sekali tak
berdaya. Seharusnya, dengan kuasa yang ada dan belum dicabut tersebut, Dia
mampu melawan dan langsung menang terhadap orang-orang berkuasa lainnya yang
mau membunuhNya.
Disinilah titik pentingnya dari strategi kalah-menang. Orang
yang mengalah bukan orang yang sama sekali lemah dan tak punya power, otoritas
atau kekuasaan. Justru orang yang mengalah adalah orang yang memiliki kekuasaan
dan kemampuan untuk menang tapi tidak menggunakan kekuasaan dan kemampuannya
tersebut. Yesus punya kuasa untuk
menang, namun tidak menggunakan kuasa yang ada padaNya.
Sampai pada
titik ini. Kita mengkin berpikir bahwa hal mengalahnya Yesus merupakan sebuah skenario
dari Allah. Merupakan perkenanan Allah Bapa. Merupakan penggenapan nubuat,
sebagaimana nubuatan kitab-kitab Perjanjian Lama seperti Kitab Mazmur, Yesaya,
Zakaria dan Mikha. Benar demikian, dan justru disinilah sifat pertama dari
karakter “mengalah” Yesus, yaitu mengalah dalam pengertian tunduk pada skenario
atau perintah BapaNya.
Sengsara,
kematian hingga kebangkitan Kristus merupakan penggenapan nubuat demi terwujudnya
misi karya agung dan kasih Allah untuk
manusia dan dunia yaitu penebusan dosa dan penyelamatan manusia. Karena misi
itu mampu dilakukan Yesus, maka Dia disebut juga Sang Juruselamat Dunia.
Juruselamat yang menyelamatkan dunia dengan mengalah, rela mati namun menang
ketika bangkit !!!
Kisah Yesus yang
“kalah untuk menang” sesunggunya juga, merupakan sebuah teladan tentang
kemampuan mengendalikan egoisme dari seorang yang punya Kuasa. Mengendalikan
diri, merendahkan diri dan kemudian mampu mengampuni, ketika dalam deritanya di
atas kayu salib Dia berdoa untuk mereka yang menyalibkan Dia: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka
tidak tahu apa yang mereka perbuat“.
Dengan
demikian kita sampai pada kesimpulan bahwa karakter mengalah untuk menang dalam peristiwa
Jumat Agung dan Paskah Kristus meliputi mengalah dalam pengertian tunduk pada perintah
Allah, mengalah dengan tidak menggunakan kekuasaan, mengalah dari egoisme diri
dan merendahkan diri, hingga mengalah dengan
mengampuni.
Makna
Paskah dalam Gumul Covid-19
Bukan
kebetulan, perayaan minggu-minggu sengsara, Jumat Agung dan Paskah bagi umat
Kristen bertepatan dengan gumul masyarakat dunia akibat pandemi Coronavirus
disease (COVID-19) atau Covid-19. Bagaimana relevansi karakter atau gaya hidup mengalah
untuk menang dalam menghadapi pandemi global tersebut ?
Mengalah
dengan membiarkan Covid-19 menginfeksi
seluruh penduduk bumi tentu saja bukan pilihan. Sejak diciptakan, manusia telah
diberi mandat untuk berkuasa atas ciptaan lainnya. Hikmat dan pengetahuan telah
dianugerahkan kepada manusia Homo sapiens. Tinggal bagaimana anugerah
itu kita kelolah dalam menghadapi tantangan hidup.
Dalam
perspektif ilmu pengetahuan, Virus hanya mampu dilawan dengan antivirus plus
sistem kekebalan tubuh manusia. Tidak ada perang terbuka antara manusia dengan
mahluk mikro ini yang berpotensi dimenangkan manusia, sekalipun setiap manusia
punya sistem kekebalan tubuh. Transmisi antar manusia demikian mudahnya terjadi
melalui kontak bahkan melalui udara dalam jarak tertentu. Karenanya strategi
yang dianjurkan oleh WHO dan Pemerintah adalah mengalah untuk menang melawan
Covid-19. Yah, mengalah dengan diam #dirumahaja.
Butuh
kemampuan melawan egoisme diri, yang terbiasa bebas lalu lalang lintas rumah,
desa, kota bahkan negara. Egoisme, Seremoni, Kultur dan Sakralisme institusi
yang dikendalikan manusia, termasuk intitusi keagamaan harus mengalah. Work
From Home dan Stay At Home hingga Worship At Home.
Yah, harus
mengalah dengan tinggal di rumah saja. Kerja di rumah saja. Bahkan ibadah bukan
di gedung gereja, tapi dari rumah saja. Jika hal itu tidak dilakukan maka kita
berpotensi terjangkit Covid-19 dan berpotensi kalah…
Dirumah saja, mengalah
tunduk pada perintah penguasa, sekalipun kita punya kuasa dan kehendak bebas (free
will) untuk tetap di luar rumah. Meski kita punya kuasa menjadi oposisi untuk
melawan.
Dirumah saja sambil
merenung mungkin juga selama ini disaat jabat tangan belum dilarang kita tak
mau mengalah keluar rumah untuk sebuah insiatif berdamai sambil jabat tangan
dan rangkul erat saudara kita.
Dirumah saja adalah
sikap mengalah untuk menang melawan Covid-19. Yah, mengalah untuk menang
sebagaimana Yesus yang mengalah sampai mati namun akhirnya menang melawan maut.
Mengalah untuk menang masih relevan untuk dunia yang butuh perdamaian.
Selamat
merayakan Paskah, selamat mengalah #DirumahAja untuk menang melawan Covid-19,
sambil berdoa badai Covid-19 pasti berlalu segera di 2020....
Tondano, 11 April 2020