"fight together against Covid-19" || by. Meidy Y. Tinangon |
Wabah yang meluas atau pandemi salah satu strain virus Corona telah menghantui seantero dunia, tak terkecuali Indonesia. Hingga saat ini jumlah warga yang positif Covid-19, penyakit akibat infeksi virus tersebut terus bertambah. Corona oh corona. Keluh kesah, asa dan doa, ku tuangkan dalam bait bait syair berikut ini.
1). (Hai Covid) Kami Baik-baik Saja!
Hai Covid...
Kami baik-baik saja |
Sekalipun pandemi yang kau bawa tak kunjung pergi |
makin digenggam hirup dan sebar oleh insan tanpa sadar ataupun bebal |
Kami baik-baik saja |
Sekalipun nyawa melayang pergi tanpa ritual kultural religi |
Pun, tanpa bunga terakhir tanda kasih orang-orang tercinta |
Kami tahu hidup mati di tangan Sang Kuasa, pun juga sorga neraka |
Bukan olehmu hai mahluk mikro setengah hidup |
Kami baik - baik saja |
Jangan kau paksa kami takut dan panik hingga saling bunuh |
Dan kau tertawa disamping mayat kami |
2). Bait-bait Covid Satu Sembilan
Cina, negeri dimana kau dilahirkan itu dikenal karena obat, motor, gadget dan temboknya, makin terkenal, sedot perhatian dunia karena lahirmu di Wuhan adalah awal sebuah kata viral mematikan: Pandemi !!!
Orang-orang tak pandang bulu kau siksa dengan demam, sesak napas hingga hembuskan napas terakhir dan kembali ditelan bumi tanpa ritual dan ucap kata perpisahan orang tercinta
Vatikan, Roma, Barcelona, London, Washington, Yerusalem, Mekkah, Jakarta dan lorongpun sunyi tak berkutik, hanya ada senandung harap dan doa, dan mungkin mimpi manusia terkarantina, bahwa pandemi hanya mimpi
Isolasi yang dahulu hanya ku kenal dalam praktek mikrobiologi ataupun virologi ilmu tentang duniamu itu, kini menjadi jalan yang harus kami lalui di ruang sunyi tanpa kekasih sambil menunggu nasib entah positif atau negatif, sembuh merdeka atau.... ma ...ti !!!
Dirumah aja kami mengurung diri sambil berharap kau tak bertamu di rumah kami yang kini berubah jadi benteng terakhir lawan pandemi, tapi juga rumah doa dan rumah cinta kasih mesra, yang dahulu sebelum hadirmu hanya menjadi ruang sunyi yang membosankan...
1 harap dan keyakinan badai pandemi yang kau bawa pasti berakhir, harap dan doa kepada Sang Maha Kuasa pun Pengampun, jika pandemi adalah hukuman, ampuni kami atas dosa dan bebal kami para pendosa di planet bumi...
9 April dua ribu dua puluh kau infeksi satu juta lima ratus ribu manusia di planet bumi, cukup sudah duhai Corona, kembalilah kau ke planetmu, jangan kau buat planet kami tercinta kosong tanpa manusia, kami berjanji kan kembali belajar mencinta dan berlaku ramah dengan bumi, ibu kami milik Sang Pencipta, yang harinya, hari bumi kami rayakan 22 April tahun ini sunyi karena pandemi....
3) Hari Minggu Tak Biasa yang Luar Biasa
Selamat Hari Minggu!
Happy Sunday!
Itu salam yang biasanya menggema indah ditelinga kami,
ataupun juga, biasanya menari gembira sebagai pesan singkat
ataupun status medsos di hape kami,
setiap saat ketika Hari Minggu tiba
Tapi hari minggu ini,
tak biasa sebagaimana biasanya
Tak ada langkah kaki membonceng sepatu, melangkah pasti menuju gedung Gereja,
mengejar waktu sebelum om kostor bunyikan lonceng
hingga berdentang tiga kali: "teng!, teng! teng!"
Tak ada salam sapa: "selamat hari Minggu," sambil ulurkan tangan tuk jabat tangan,
dari Bapak-Ibu berkalung stola putih yang kami sebut Penatua atau Syamas,
yang setia bertumpu pada dua kaki yang mulai rapuh dimakan usia,
hanya untuk menjemput kami di depan pintu Gereja
Tak pernah kulihat lagi Bapak dan Ibu berjubah hitam, putih atau ungu,
naik ke mimbar di depan sana sambil berdoa dan berkhotbah,
ntuk wartakan Kabar Baik bagi kami yang seringkali tak baik-baik saja
Tak pernah lagi kidung pujian kami kidungkan bersama-sama,
sambil berdiri tanpa jarak di bagian depan gedung Gereja
Tak ada lagi langkah pasti umat sambil menggenggam rupiah,
yang kami jadikan korban syukur atas berkat Tuhan
Tak ada lagi, banyak hal lain yang biasanya kami nikmati
disetiap hari Minggu, hari mulia, hari Tuhanku, di gedung Gereja,
sebelum pandemi memaksa kami mengurung diri
Tapi, ada banyak hal yang luar biasa yang terjadi di rumah kami,
ketika rumah gantikan fungsi gedung Gereja
Tak ada hari Minggu seperti biasa di Rumah Gereja
tapi ada hari Minggu luar biasa di Rumah kami, Gereja kami,
karena aku, kau dan dia, juga kita dan mereka adalah Gereja !
Hari Minggu ini tak biasa tapi luar biasa !
karena Tuhan luar biasa! Terpujilah Dia selama-lamanya!
Tetaplah bersukacita dalam pandemi dan ucapkan salam sukacita damai sejahtera,
seperti biasa:
"Selamat Hari Minggu, Syaloom, damai di hati, damai di bumi!"