Di Bukit
Kalvari…
Darah
itu mengalir dari tubuh Dia Tuhan yang menjadi manusia tak berdaya….
Di Bukit
Golgota
Darah
itu mengalir dari tubuh Sang Korban Penghapus Dosa…
Di Bukit
Tengkorak…
Darah
itu mengalir mengiring hembus nafas terakhir Sang Juruselamat…
Yah…
Darah itu….
Tanda
kasih Sang Khalik…
Pertanda
pengorbanan…
Bukti
tebus DOSA para pendosa !!!
Sebab
tiada kasih tanpa pengorbanan
Tiada
penebusan tanpa kasih dan pengorbanan…
Kini…Adakah mereka yang Kau tebus lunas berlaku kudus
N`tuk
hargai darahMu Sang Penebus ???
Oh Penebus….
Kami mengaku….
Kini….
kami yang Kau tebus itu…
Sedang berdiri
di bukit kesombongan dan keangkuhan
memeluk mesra ego, menepis empati tak berhati
memeluk mesra ego, menepis empati tak berhati
Angkuh tanpa rasa, tanpa peduli, tanpa
maaf…
Persetan
dengan yang lain !!!
Aku adalah aku… mereka adalah mereka…
Aku adalah aku… mereka adalah mereka…
Tuhan…
Kami mengaku…
Kini ….kami
berdiri di Bukit Kemewahan bertabur
harta, Emas Permata
Nikmati
senang dunia karena harta
Nikmati
asyiknya bermain harta..
Korbankan
sesama untuk harta ….
Gadaikan
salib demi harta berbumbu cinta.…
Tuhan …
Kami mengaku…
Kini … kami
duduk di kursi empuk istana di bukit kekuasaan …
Nikmati
empuk kursi raja yang kami rebut penuh kecurangan
Nikmati
asyiknya berkuasa anggap hina rakyat jelata
Nikmati
kekayaan karena jabatan …..
tak peduli halal atau haram..
Tuhan ….
Kami mengaku….
Kini …. kami
membangun keluarga di bukit kepalsuan cinta…
Bangun
keluarga dalam sakralnya prosesi dan mewahnya pesta
Namun …
lihatlah
Kini …. ego
kalahan cinta memutus ikatan sakral itu….
Buah
hati terlantar kehilangan kasih sayang
terbiar dan terbuai dan jatuh dipeluk narkoba
dan nikmatnya godaan dunia
Ada
berontak disana sini…. Ada durhaka disana sini…
Tiada
doa dalam rumah, yang Kau harap jadi Gereja kecilMu
Tiada damai
dalam keluarga, yang Kau harap jadi saksi KebangkitanMu
Tuhan…
Darah
suciMu terbuang percuma…
meski kami berlagak kudus dalam jamuan kudus,
meneguk anggur hayati korban darahMu
Tubuhmu…
kami siksa dengan tajamnya tombak dosa dan durhaka kami…
Meski kami turut mengunyah roti tak beragi simbol siksa
tubuhMu
dalam sakralnya meja perjamuan…
SalibMu
patah kami campakkan…
bahkan… hangus terbakar tersulut panasnya api
dosa …
Kubur
kosong itu hanya sekedar ornamen Paskah,
objek wisata tanpa makna, tanpa nilai seperti
kosongnya hati kami….!!!
Tuhan…
Maukah
Engkau datang lagi untuk kami salibkan biar bebas kami dari dosa ???
sambil kami teriakan kata:
Salibkan Dia !! Salibkan Dia !!!
Ataukah ….
kami yang harus salibkan diri… ???
Salibkan
ego, keangkuhan, kesombongan diri…
Salibkan
amarah, ketamakan, iri, dan dengki
Tuhan…sudikah
Engkau ampuni dan baharui kami ???
Hingga
kami pulih dan layak di tahta kudusMu…
Hingga
kami boleh berdiri tegar dalam dekap Roh-Mu di bukit Kasih Karunia …..
dan siap jadi saksi kebangkitan dan kemenanganMu…
Tuhan
ampuni dan baharui kami ……
Meidy Tinangon
Seper Watu, Rinegetan,
1 hari jelang Jumat Agung 2018
Kamis, 29 Maret 2018