Beberapa catatan reflektif yang sekiranya bisa menjadi bahan refleksi atau paling tidak bisa menstimulus sebuah dialektika (tesis-antitesis) konseptual yang nantinya akan bermuara pada sintesis baru berwujud pemetaan posisi kekinian organisasi, catatan-catatan rekomendasi dan pokok-pokok program umum organisasi dalam kekinian dan keakanan organisasi wadah berhimpun ini.
§ Refleksi Positioning KNPI: dimana dan mau kemana ?
Pertanyaan ini adalah
pertanyaan mendasar dalam sebuah konteks refleksi. Hal mana tersirat harapan
agar supaya KNPI dalam setiap periodisasi kepemimpinan memahami posisi
kekiniannya dan kemudian punya visi dan strategi yang jelas atau “tahu dimana
tempat yang akan dituju” serta “mengerti jalan mana yang akan ditempuh untuk
menuju tempat tersebut”.
Menurut hemat kami, “mau
kemana KNPI ?” sangat tergantung dari positioning organisasi dan kemampuan
membaca kebutuhan organisasi dan trend-trend serta tantangan kedepan dari
lingkungan strategis organisasi.
Menyangkut positioning,
menurut hemat kami, perlu dilihat dari perspektif sebagai berikut:
1.
Pola interaksi KNPI-OKP.
Saat ini nampak bahwa KNPI
saat ini belum mampu mengaktualisasikan diri secara utuh sebagai wadah berhimpun OKP. Dalam pandangan
objektif, harus jujur diakui bahwa OKP hanya “bersentuhan” dengan wadahnya di
saat KONGRES/MUSPROV/MUSKAB sampai berhasil mensuport kadernya dalam
kepengurusan. Setelah itu, pola relasi OKP dan KNPI sebagai wadah berhimpun OKP
lenyap. Termasuk, dapat dikatakan bahwa pasca Musyawarah, OKP tidak lagi
melakukan interaksi dengan “wadah”nya. Sehingga support OKP terhadap KNPI
menjadi lemah, demikian juga kontribusi KNPI sebagai wadah berhimpun terhadap
OKP menjadi rendah. Padahal nota bene
anggota KNPI dalam konteks sebagai wadah berhimpun, adalah OKP-OKP. Jika
kondisi seperti ini dibiarkan maka bisa muncul pertanyaan: Untuk apa OKP-OKP berhimpun dalam wadah KNPI ? Ini menjadi
tantangan kedepan, apalagi saat ini bukan zamannya lagi “wadah tunggal”, yang
membuka kran kebebasan berhimpun sehingga bisa menghasilkan wadah berhimpun yang
baru.
Jika pola ini mampu diubah,
maka KNPI bukan hanya sekdar disebut organisasi besar karena namanya yang cenderung semu, tetapi menjadi organisasi
besar karena relasi fungsional yang terjalin baik. Kita semua mengimpikan
melalui pola relasi yang lebih baik antar KNPI dan OKP maka akan banyak potensi
yang menjadi lebih berdaya dan banyak jiwa yang diselamatkan dari ancaman the lost generation, yang berarti banyak
yang di”hidup”kan (tumou tou).
2.
Kondisi kekinian pemuda.
Problematika pemuda harus
menjadi bagian dari concern KNPI,
karena pada hakekatnya seluruh pemuda adalah anggota OKP dan anggota KNPI
sebagai wadah berhimpun. Problematika sosial pemuda seperti: pengangguran,
akses terhadap pendidikan yang lebih tinggi, kemiskinan dan persoalan lain
harus mampu diselami oleh KNPI. Jika pemuda menghadapi masalah, maka itu
berarti adalah juga masalah KNPI. Sehingga KNPI harus menjadi problem solver terhadap problematika
pemuda bahkan masyarakat dan lingkungan hidup.
3.
Pola relasi dengan
pemerintah.
Sampai saat ini kita masih
sepakat menyebut “KNPI sebagai mitra pemerintah yang kritis”. Bermitra dengan
pemerintah berarti ada suatu interaksi yang positif-konstruktif (membangun).
Dalam konteks bermitra, KNPI
mengharapkan support pemerintah terhadap programnya, tetapi juga KNPI
diharapkan mensuport program pemerintah, sehingga terjadi sinergi dalam
membangun Minahasa. Namun demikian, pola support KNPI juga harus nampak dalam
bentuk kritis-konstruktif-solutif-kreatif-intelektualis.
Dalam pengertian KNPI tidak boleh membiarkan adanya kebijakan yang kurang
produktif bagi masyarakat, dan dalam ketulusan hendak membantu pemerintah
sebagai mitra, maka KNPI harus memberikan masukan kritis tetapi membangun dan
dimotivasi oleh niat yang positif dengan cara-cara yang bermartabat, dan harus
mampu meberikan solusi alternatif lewat pemikiran-pemikiran kreatif sebagai
hasil pergumulan atau refleksi intelektual kaum muda.
4. Internal-external Positioning.
Aspek internal berupa
kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) serta aspek eksternal seperti
peluang (opportunity) dan tantangan (threath) harus diinventarisir dan
dianalisa untuk kemudian kita mampu menentukan posisi yang jelas serta strategi
yang sistematis-efektif.
§ Proyeksi dan Harapan Program Strategis
Dari positioning sederhana
di atas, maka KNPI kiranya harus memposisikan diri sebagai:
Pertama, Kekuatan
Pemersatu (Unifying Force) dengan melakukan
rekrutmen kepengurusan DPD KNPI dan Pengurus Kecamatan serta kepanitiaan dengan
prinsip semua OKP yang berhimpun harus terakomodir, melakukan koordinasi rutin
OKP dan KNPI sebagai wadah berhimpun, memberikan pelimpahan tugas-tugas kepada
OKP sesuai kompetensi OKP serta mengagendakan forum-forum atau event yang mempersatukan
seluruh elemen kepemudaan.
Kedua, sebagai Agen Perubahan (Agent of Change), dengan melakukan kajian rutin
terhadap kebijakan publik (Public policy)
dan memberikan alternatif solusi terhadap permasalahan sosial maupun
lingkungan hidup dan mengkritisi kebijakan pemerintah sebagai bagian dari
support KNPI terhadap pemerintah.
Ketiga, menjadi pemberi solusi
terhadap masalah kebangsaan (Problem
Solver) dengan melakukan inventarisasi problematika pemuda dan masyarakat
umumnya serta menentukan program yang sesuai dengan kebutuhan / problematika
yang dihadapi pemuda atau program yang bisa menjadi solusi terhadap
problematika empirik.
Keempat, mewujudkan KNPI sebagai
sekolah kader (cadre shool) dengan menetapkan
pola kaderisasi pemuda termasuk bagaimana peran OKP dalam sistem kaderisasi di
KNPI dan melakukan pendidikan kader di berbagai bidang secara sistematis yang
terinstitusionalisasi dalam “Youth Center” atau “Sekolah Kader” atau apapun
namanya, yang akan menjadi pusat pemikiran dan pusat penggodokan kader pemuda
di bumi nyiur melambai dalam berbagai bidang.
Demikian catatan singkat ini, semoga dapat turut
menjadi stimulus berpikir dalam dialektika dinamika kepemudaan di Sulawesi
Utara. Dirgahayu KNPI !!!
Meidy Y. Tinangon, S.Si.,M.Si.
(Pendiri dan Ketua Dewan Penggerak -
Gerakan Minahasa Muda (GMM) 28 Oktober 2008;
Sekretaris DPD KNPI Minahasa
Masa Bakti 2002-2005;
Wakil Ketua MPI KNPI Minahasa 2008-2011; Wakil
Ketua KNPI Sulut 2014-2016)